Sabtu, 26 November 2011

Ternyata Pohon Hanya Menyumbang 20 % Oksigen Di Bumi, Sisanya?

pohonadalah salah satu penyumbang oksigen, akan tetapi hanya sebesar 20%untuk bumi. pohon berguna untuk mitigasi (mengurangi) karbondioksidayang ada di bumi. jadi untuk mengurangi dampak pemanasan global,tanamlah pohon agar CO2 nya dapat dimanfaatkan oleh pohon. karena nilaiwajar dari CO2 adalah 0,1% di bumi ini, tetapi tahun 2010 ini kadar CO2di atmosfer bumi sudah mencapai 0,3%

Sekilas mengenai plankton

Planktondidefinisikan sebagai organisme hanyut apapun yang hidup dalam zonapelagik (bagian atas) samudera, laut, dan badan air tawar. Secara luasplankton dianggap sebagai salah satu organisme terpenting di dunia,karena menjadi bekal makanan untuk kehidupan akuatik.

Bagikebanyakan makhluk laut, plankton adalah makanan utama mereka. Planktonterdiri dari sisa-sisa hewan dan tumbuhan laut. Ukurannya kecil saja.Walaupun termasuk sejenis benda hidup, plankton tidak mempunyaikekuatan untuk melawan arus, air pasang atau angin yangmenghanyutkannya.

Plankton hidup di pesisir pantai di mana iamendapat bekal garam mineral dan cahaya matahari yang mencukupi. Inipenting untuk memungkinkannya terus hidup. Mengingat plankton menjadimakanan ikan, tidak mengherankan bila ikan banyak terdapat di pesisirpantai. Itulah sebabnya kegiatan menangkap ikan aktif dijalankan dikawasan itu.

Selain sisa-sisa hewan, plankton juga tercipta daritumbuhan. Jika dilihat menggunakan mikroskop, unsur tumbuhan alga dapatdilihat pada plankton. Beberapa makhluk laut yang memakan planktonadalah seperti batu karang, kerang, dan ikan paus.
Plankton adalahorganisme yang menyumbang 80% kebutuhan oksigen yang ada di bumi ini.dengan kemampuannya berespisari menghasilkan gelembung-gelembun oksigenyang terdapat di dalam laut, oksigen tersebut terlepas ke udara danmenjadi gas yang bisa kita nikmati sekarang


Para ilmuwandari Amerika Serikat menemukan plankton secara tidak langsung dapatmembuat awan yang dapat menahan sebagian sinar matahari yang merugikan.Sehingga plankton bisa membantu memperlambat proses pemanasan bumi.
DierdreToole dari Institusi Oceanografi Woods Hole (WHOI) dan David Siegeldari Universitas California, Santa Barbara (UCSB) adalah dua penelitiitu.

Penelitian yang dibiayai oleh NASA tersebut mengungkapkanketika matahari menyinari lautan, lapisan atas laut (sekitar 25 meterdari permukaan laut) memanas, dan menyebabkan perbedaan suhu yang cukuptinggi dengan lapisan laut di bawahnya. Lapisan atas dan bawah tersebutterpisah dan tidak saling tercampur.

Plankton hidup di lapisanatas, tapi nutrisi yang diperlukan oleh plankton terdapat lebih banyakdi lapisan bawah laut. Karenanya, plankton mengalami malnutrisi.

Akibatkondisi malnutrisi ditambah dengan suhu air yang panas, planktonmengalami stress sehingga lebih rentan terhadap sinar ultraviolet yangdapat merusaknya.

Karena rentan terhadap sinar ultraviolet,plankton mencoba melindungi diri dengan menghasilkan zatdimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkandinding sel mereka.

Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zatdimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya daripermukaan laut ke udara.

Di atmosfer, DMS bereaksi denganoksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMSitu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu.Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari lautuntuk berkondensasi dan membentuk awan.

Jadi, secara tidaklangsung, plankton membantu menciptakan awan. Awan yang terbentukmenyebabkan semakin sedikit sinar ultraviolet yang mencapai permukaanlaut, sehingga plankton pun terbebas dari gangguan sinar ultraviolet.

Prosesini sebenarnya telah beberapa tahun dipelajari di laboratorium olehpara ilmuwan, namun proses alamiahnya baru kali ini dapat dipelajari.

Awanyang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat prosespemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi. Namun,untuk membuktikan hal tersebut, masih harus dilakukan penelitianlanjutan yang seksama.

Penelitian yang dilakukan di LautSargasso, lepas pantai Bermuda ini juga menemukan secara mengejutkanbahwa partikel DMS ini dapat terurai dengan sendirinya di udara setelahtiga sampai lima hari saja. Padahal, karbondioksida di udara, dapatbertahan hingga berpuluh-puluh tahun.

Karena penguraian alamiah DMS sangat cepat, DMS tidak akan menimbulkan efek rumah kaca, tidak seperti karbondioksida.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar